LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI
TUMBUHAN RENDAH
Studi
Lapangan Pengamatan FUNGI, LICHENS dan LUMUT
Di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar
Dosen Pembimbing:
Drs.Sulisetitjono,M.Si
Ainun Nikmati Laily,M.si
Oleh :
H. Minhaju Dzikri Anik (12620108)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim…
Ba’da
tahmid wal hamdalah, wa shalawat lirosulillah. Dengan penuh rasa syukur,
akhirnya laporan singkat Kuliah Kerja Lapangan mengenai studi keanekaragaman
lumut, lichen, dan fungi di TAHURA R. Soerjo ini berhasil kami rampungkan.
Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Tumbuhan
Rendah, Bapak Drs. Sulisetijono, M.Si. dan Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si, yang
telah mendampingi kami selama KKL beserta asisten praktikum, teman-teman
sekelompok khususnya dan seluruh anggota Jurusan Biologi UIN Maliki Malang
tahun angkatan 2012, serta seluruh pihak yang telah membantu proses penulisan
laporan ini.
Laporan
ini berisi sedikit keterangan morfologis dan anatomis dari spesies lumut,
lichen, dan fungi yang berhasil kami temukan dan koleksi dari TAHURA R. Soerjo.
Tim penulis sadar, bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
informasi yang mungkin belum tersampaikan kepada pembaca, dan banyak kesalahan
dari segi redaksional kata. Oleh karena itu, kami selaku tim penulis membuka
kesempatan yang sebesar-besarnya bagi pembaca untuk memberikan kritik, saran,
serta opini yang konstruktif demi kebaikan laporan ini.
Besar
harapan tim penulis agar laporan kami yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat positif bagi seluruh pihak yang membaca. Selamat Membaca!
Malang, 8 Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut
khatulistiwa, oleh sebab itu tidak mengherankan jika Indonesia merupakan
Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan
fauna.Beberapa keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah
keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumutnya. Perkiraan menurut Hawksworth
(1991), terdapat 1.500.000 spesies fungi di dunia dan 200.000 spesies dari 1.500.000 spesies
tersebut terdapat di Indonesia (Gandjar,2006).
Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan golongan tumbuhan yang tingkat
perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta umumnya mempunyai warna yang
benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung
klorofil-a dan b. Lichenes adalah suatu organisme yang merupakan suatu bentuk
simbiosis erat dari fungi sebagai mycobion dan alga hijau yang berupa
photobion. Fungi atau jamur banyak terdapat di daerah yang lembab. Jamur
apabila dibandingkan dengan tumbuhan yang lain, tumbuhan ini tubuh buahnya
berupa talus, menghasilkan spora, dinding selnya mengandung kitin dan tidak
memilki flagel dalam daur hidupnya. Fungi, Lichens dan Lumut dapat ditemukan di
tempat tempat yang masih terjaga kealamianya seperti hutan mengingat peranannya
sebagai indikator lingkungan.
Salah satu
tempat yang mempunyai memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman
yang cukup adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya
(TAHURA) R. Soerjo Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa
Timur pada ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut, merupakan kawasan konservasi dibawah naungan
Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di
wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Keadaan Taman Hutan Raya dengan
berbagai macam spesiesnya, dirasa perlu untuk dilakukan pengamatan secara
langsung untuk menambah wawasan mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang mengenai habitat dan cara hidup Fungi, Lichens dan
Lumut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R.
Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur?
1.3 Tujuan
Tujuan
diadakanya penelitian ini adalah studi lapangan keanekaragaman Fungi,Lichens
dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.4 Manfaat
Manfaat dari
diadakannya penelitia ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi
perkuliahan, terutama mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama
mahasiswa biologi mengenai keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur
(Fungi)
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom)
yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada
jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau
pepohonan (Hadioetomo,1993).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat),
atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Kusnadi,2003).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding
sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin
adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh
serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi
secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk)
dan metode produksinya (Kusnadi,2003).
Tubuh buah suatu jenis
jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya
perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills)
serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari
pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu
jenis jamur (Kusnadi,2003).
Menurut Kusnadi (2003), beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu:
jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya
sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan
hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa
cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari
sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari sel-sel
somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru, pembentukan spora
aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Kusnadi,2003).
Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang
kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu
plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara
dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua
inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase
tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid
(Kusnadi,2003).
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari
kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur
menghasilkan spora seksual yang spesifik. (Kusnadi,2003).
Fungi hidup sebagai saprofit atau
parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan.
Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup
saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan (Waluyo,
2004).
2.2 Lumut Kerak (Lichen)
Lumut kerak
merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau
Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu
(fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang
tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes
yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi
tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 :
41).
Lichenes
(lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis),
yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga)
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang
membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan
ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur
adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa
yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit,
tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada
pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar
kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang
tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
Tubuh lichenes
dinamakan thalus yang
secara vegetative mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna abu-abu atau
abu-abu kehijauan. Beberapa
spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan
habitat yang bervariasi. Bagian
tubuh yang memanjang secara
seluler dinamakan hifa. Hifa
merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak
dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian
permukaan dari thalus
(Hawksworth, 1984).
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi
menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
a. Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit
keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu,
kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum,
Acarospora atau Pleopsidium.
Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh
buahnya yang berada di
permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b. Folios, jika talus berbentuk seperti daun.
Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar.
Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu,
ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contohnya :
Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c. Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau
menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung
pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
d. Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus
seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan
saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah,
2009 : 44) :
1. Secara Vegetatif
a. Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan
dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian
berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut
dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi,
dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru.
Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk
peningkatan jumlah individu.
b. Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus
induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi
individu baru jika kondisinya sesuai.
c. Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel
ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi
suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus,
soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru.
Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2. Secara Seksual
Perkembangan
seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang
mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun
tubuh lichenes.
Lichenes
sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan
fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi
seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya.
Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955)
menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang
berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan
dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut (Indah, 2009 :
44):
1.
Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :
A.
Ascolichens.
a. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales,
maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan
Verrucaria.
b. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes.
Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea
dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh
komponen alga dari famili:Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa
gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia,
Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal
dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari
famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema.
Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen
yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes
fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia,
dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus :
A. Homoimerus
Sel alga
dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan
bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga
terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan
terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.
2.3 Lumut (Bryophyta)
Lumut Merupakan
jenis tumbuhan rendah yang beradaptasi dangan linkungan darat dan mempunyai
tingkay perkembangan lebih tinggi dari pada Thalophyta. Pada umumnya tumbuhan
lumut menyukai tempat-tempat lembab dan basah di dataran rendah hingga dataran
tinggi. Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida
yang menghasilkan klorofil a dan b. lumut bersifat autotrof. Lumut merupakan
tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat
beradaptasi untuk tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut, sudah
memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa (Birsyam, 1992).
Batang dan daun
tegak memiliki susunan berbeda-beda. Batang apabila dilihat secara melintang
akan tampak susunan sebagai berikut selapis sel kulit, lapisan kulit dalam
(korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang
untuk mengangkut air dan garam-garam mineral; belum terdapat floem dan xilem.
Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun
seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena
tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
Rizoid seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap garam-garam mineral (Birsyam, 1992).
Struktur sporofit
(sporogonium) tubuh lumut terdiri dari: vaginula, seta, apofisis, kaliptra,
kolumela. Sporofit tumbuh pada gametofit menyerupai daun. Gametofit berbentuk
seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti
akar. Jika sporofit tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk
anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual (Yulianto, 1992).
Reproduksi lumut
bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau
metagenesis. Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam
sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit.
Ada dua macam gametangium yaitu arkegonium (gametangium betina) bentuknya
seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher
dan anteridium (gametangium jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika
anteridium dan arkegonium dalam satu individu tumbuhan lumut disebut berumah
satu (monoesis). Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau
arkegonium saja tumbuhan lumut disebut berumah dua (diesis) (Yulianto, 1992).
Lumut yang sudah
teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah
dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun
(Yulianto, 1992).
1. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya
berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing.
Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak
memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma
(kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya:
Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
2. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya
seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul
memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi
sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya
Anthocerros sp.
3. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga
disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian
seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk
kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh:
Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum.
Manfaat lumut bagi
kehidupan antara lain: Marchantia polymorpha untuk mengobati penyakit
hepatitis, Spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika Spagnum
ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah (Yulianto,
1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat
Studi lapangan ini
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Desember 2013 yang bertempat di daerah
kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan yang
digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
Jumlah
1.
Pensil 1
buah
2.
Penggaris 1
buah
3.
Alat dokumentasi
(kamera digital) 1
buah
4.
Kantong plastik 5
buah
5.
Amplop 5
buah
6.
Buku identifikasi
2 buah
Bahan yang
dibutuhkan dalam studi lapangan ini yaitu:
1. Spesies Jamur (Fungi) yang ditemukan Secukupnya
2.
Spesies Lumut Kerak
(Lichen) yang ditemukan Secukupnya
3.
Spesies Lumut (Bryophyta)
yang ditemukan Secukupnya
3.3 Cara Kerja
Langkah-langlah
kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri
jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2. Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan
kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3. Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong plastik (cuma beberapa saja,
demi menjaga kelestarian).
4. Setelah sampai di laboratorium, dilakukan pengamatan dan dicatat
ciri-cirinya secara kelompok.
5. Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing, diklasifikasi kemudian
dideskripsikan.
6. Dibagi setiap kelompok untuk dibahas di dalam laporan hasil studi
lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ganoderma sp.
4.1.1. Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
literatur
|
|||
|
|
4.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi jamur kayu (Ganoderma sp.) menurut
Iswanto (2009) adalah sebgai berikut:
Kingdom: Fungi
Filum: Basidiomycota
Kelas: Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma sp.
4.1.3.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan hutan
cangar, didapatkan spesies jamur yaitu Ganoderma
sp. dengan ciri-ciri pinggiran
berwarna cokelat muda, semakin ketengah coklat tua, berbentuk setengah
lingkaran dan agak cekung seperti kipas, talusnya bertumpuk tumpuk antara satu
sama lain, tekstur talusnya bersifat kayu, menempel pada kayu kayu yang sudah
mati dan lapuk. bagian bawah tempat melekatnya miselium disebut volva, bagian
tengah misellium, dan bagian yang pinggir disebut cap.
Menurut
Setyawan (2000), menyatakan bahwa tubuh buah jamur kayu berbentuk seperti
kipas, himenofor membentuk pori-pori, dari luar tampak berlubang-lubang. Sisi
dalam lubang-lubang itu dilapisi himenium. Tubuh buah dapat berumur beberapa tahun,
setiap kali membentuk lapisan himenofor baru. Umumnya hidup sebagai saprofit.
Jamur kayu
bentuknya seperti sinduk atau alat untuk mengambil sayur. Jenis jamur ini
memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau substrat dengan ukuran
panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti
setengah lingkaran yang melebar dengan garis tengah antara 10-20 cm. Tubuh buah
mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2
bulan, kemudian berubah menjadi merah atau cokelat tua. Tubuh buah inilah yang
kemudian dipanen untuk dijadikan bahan baku pembuat obat-obatan jamu (Tambunan,
1989).
Suranto (2002)
menyatakan manfaat jamur kayu untuk kesehatan dan kebugaran tubuh antara lain
memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap gangguan penyakit,
menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh sehingga tetap sehat dan
segar, meningkatkan dan memelihara metabolisme di dalam tubuh, memperkuat kerja
jantung, memelihara dan meningkatkan gairah seksual, menurunkan kandungan
kanker atau tumor akibat senyawa karsinogen.
Lingzhi dapat tumbuh pada pohon-pohon yang tua dan
lapuk, atau pohon yang telah mati. Berbentuk seperti payung tidak sempurna,
bertangkai relatif pendek dibandingkan dengan tubuh buah (payung)-nya yang berdiameter
hingga 30 cm. Bentuk payungnya setengah lingkaran mirip ginjal, dengan
ketebalan bervariasi antara 2-5 cm. Kandungan utama lingzhi adalah
protein, polisakarida (ganodelan A, ganodelan B, dan beberapa jenis glukans),
triterpenoid (asam ganodermik, ganodermadiol, dan 110 macam lainnya) yang
strukturnya mirip hormon steroid, juga germanium, ergosterol, coumarin,
mannitol, alkaloid, asam lemak tak jenuh, adenosin, dan berbagai vitamin (B, C,
D) serta mineral (natrium, kalsium, seng, besi, fosfor) (Gunawan, 2000).
Hasil pengamatan mengenai Ganoderma lucidum sesuai dengan literatur yang telah dijelaskan diatas, terutama
mengenai habitat dan bagian-bagian Ganoderma lucidum, sedangkan untuk manfaat belum diamati secara mendalam.
4.2. Usnea sp.
4.2.1. Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
literatur
|
|||
|
|
4.2.2.
Klasifikasi
Klasifikasi dari Usnea
sp. adalah (KKP, 2010):
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas
:
Lecanoromycetes
Ordo
: Lecanorales
Famili
: Parmaliaceae
Genus
: Usnea
Spesies
: Usnea sp.
4.2.3. Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada salah satu spesies lumut kerak (Lichen)
jenis fruktikose yang terdapat di kawasan hutan Cangar, dapat dilihat
ciri-cirinya, Thallus
bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut
atau benang yang menggantung atau berdiri tegak, rhizoid adalah bagian yang terletak di bawah thallus yang berfungsi
sebagai alat untuk melekat pada substrat..
Sebenarnya jamur ini tumbuh secara
koloni dengan tubuh buah berbentuk fruktikosa yang berubah batang bercabang
dengan warna hijau tua atau hijau muda. Warna hijau ini berasal dari alga hijau
yang menjadi simbionnya. Ketika alga hijau tumbuh kurang subur, warna tubuh
buah liken ini menjadi agak kelabu (Yurnaliza, 2002).
Di
Indonesia, liken jenggot banyak tumbuh didaerah pegunungan pada ketinggian
diatas 1000 m.Umunya jamur ini tumbuh pada batang tanaman, hidup secara epifit
(Suhono, 2012).
Perkembangbiakan
dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.
Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah. Di
dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora. Perkembangbiakan secara
aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang
terpisah. Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan
banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang (Suhono, 2012).
Secara
tradisional, jenis liken ini di mnfaatkan sebagai bahan obat, antara lain untuk
mengobati diare, disentri dan pegel linu. Liken ini juga digunakan sebagi anti
biotik dan anti jamur pada luka dan pembekakan, serta mengatasi infeksi
paru-paru dan TBC (Suhono, 2012).
Liken
jenggot juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati ikan yang terserang jamur di
akuarium, yaitu dengan merendam liken ini di dalamnya. Pada liken jenggot
terdapat asam usnik (C18H16O7) dalam
konsentrasi tinggi, juga vitamin C. Dari liken ini telah dibuat dengan nama
Lipokinetix, digunakan untuk meningkat metabolisme dan menjaga kesetabilan
tubuh (Suhono, 2012).
4.3. Anthoceros sp.
4.3.1. Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|||
|
4.3.2. Klasifikasi
Klasifikasi Anthoceros sp. (Kordyanto, 2006):
Kingdom:
Plantae
Divisi:
Bryophyta
Class:
Anthocerotopsida
Ordo:
Anthocerotales
Family: Anthocerotceae
Genus:
Anthoceros
Species: Anthoceros
sp.
4.3.3. Pembahasan
Berdasarkan
hasil identifikasi yang telah dilakukan pada salah satu spesies lumut,
diketahui bahwa spesies ini termasuk dalam kelas Anthocerotopsida (lumut
tanduk) dan spesiesnya adalah Anthoceros
sp. Anthoceros sp. termasuk dalam
lumut tanduk karena tubuhnya berwarna hijau, mempunyai rhizoid yang
berfungsi untuk menempel pada substrat. Pada bagian bawah terdapat gametoft
sedangkan bagian atas disebut sporofit dan juga terdapat involucre. Sporofit
merupakan bagian yang menyerupai batang yang muncul dari suatu bagian yang
disebut invulucre. Involucre merupakan bagian semacam tabung yang berfungsi
untuk melindungi dan memperkokoh sporofit serta menyalurkan sari-sari makanan
dari gametofit ke sporofit. Gametofit merupakan bagian berbentuk lembaran yang
berwarna hijau dan menempel pada substrat.
Lumut tanduk
mirip dengan lumut hati namun perbedaan terletak pada sporofitnya yang
membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dan hamparan gametofitnya
yang menyerupai keset (Campbell, 2003). Bentuk tubuh lumut tanduk menyerupai
lumut hati yang berbentuk talus yang sporofitnya berupa kapsul yang memanjang.
Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloropas. Habitat dari lumut tanduk ini
berada di tepi sungai, danau atau sepanjang selokan. Lumut ini bersama alga dapat
membentuk lichen (lumut kerak) yang merupakan tumbuhan pionir ditempat gersang.
Reproduksi generatif pada lumut ini dengan membentuk gamet jantan dan betina,
sama seperti reproduksi generati pada lumut hati (Indah, 2009).
Tumbuhan lumut Anthoceros sp. penyebarannya
kosmopolitan. Habitatnya berada di tanah liar yang lembab atau batu-batuan yang
sangat lembab dan teduh biasanya tumbuh di tebing-tebing jalan gunung, sungai
atau pinggiran kolam. Talus kecil yang berwarna hijau gelap atau hijau kekuningan,
bentuk tubuh pipih terbagi atas daerah dorsal dan vebtral. Percabangan talus
(lobus dari talus tidak teratur. Pada permukaan ventral tidak ditemukan dengan
adanya sisik, rhizoid bersekat tidak sempurna, tetapi banyak sekali rhiziod
berdinding talus yang berfungsi sebagai lat menempel pada substrat dan juga
sebagai mersorbsi air dan zat hara. Talus tersusun atas beberapa lapis sel
tanpa adanya bagian khusus, tidak ada diferensiasi jaringan dan sedikit
ditemukan spesialisasi sel. Jadi daerah penyimpan makanan tidak jelas batasnya
(Jati, 2007).
4.4 Marchantia
Sp.
4.4.1 Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|||
|
4.4.2
Klasifikasi
Klasifikasi
Marchantia polymorpha menurut Smith (1995) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Bryophyta
Classis : Hepaticae
Ordo :
Marchantiales
Familia :
Marchantiae
Genus : Marchantia
Species
: Marchantia sp.
4.4.3
Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa marchantia sp termasuk lumut hati atau
hepaticopsida. Bentuk thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk
hati.Bagian-bagian yang dimiliki antaranya adalah kupula, takik, lobus talus
dan rusuk. Reproduki yang dilakukan baik secara vegetative dengan gemma
(kuncup) atau dengan generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.
Lembaran-lembaran daunnya bewarna
hijau serta tampak tepinya berlekuk-lekuk seperti telinga.Lumut ini tumbuhnya
menggerombol.Pada permukaannya terdapat kupula yang mana didalamnya terdapat
gema dan didalam gema terdapat archegonium dan anteridium.Pada bagian bawah
terdapat rhizoid yang berfungsi sebagai menempel pada substrat serta zat hara
dari tanah. Selain tu, juga terdapat kaulioda dan filoida
Marchantia
sp termasuk
dalam lumut hati dan dimasukkan dalam Classis Hepaticopsida karena lebih
dikenal dengan nama lumut hati. Gametofit pada umumnya berbentuk seperti pita
yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid.
Sporofit tidak memounyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada
jaringan steril yang disebut kolumela. Marchantia dimasukkan dalam
Familia Marchantiales karena talus seperti pita, agak tebal, berdaging,
bercabang menggarpu, dan mempunyai rusuk tengah yang tidak
begitu tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral (sisik
perut), juga terdapat rhizoid (Aryulina,2007).
Lumut hati (Marchantia geminata)
termasuk dalam lumut hati. Gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang
bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Sporofit
tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril
yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai
percabangan dikotom dan mempunyai gemma cup. Habitat dari lumut hati yaitu
ditempat yang lembab (Aryulina,2007).
Bagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa Marchantiales ini
mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantia
polymorpha memiliki talus seperti pipa yang lebarnya kurang lebih 2 cm,
agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk di tengah yang
tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah terdapat selapis sel-sel yang
menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik ventral.Selain itu
pada bagian talus terdapat rizoid-rizoid yang bersifat fototrop aktif dan
dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat
yang tidak sempurna (Aniswara, 2006).
Gametangium Marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh
tegak.Bagian bawah cabang talus ini tergulung merupakan suatu tangkai, di dalam
gulungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-benang rizoid.Bagian atas
cabang tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu hingga akhirnya
membentuk suatu badan seperti bintang.Tempat arkegonium dan anteredium
terpisah, jadi Marchantiales berumah dua.Pendukung anteredium disebut
anterediofor dan pendukung arkegonium disebut arkegoniofor (Aniswara. 2006).
Pendukung gametangium jantan menyerupai suatu tangkai dengan suatu
cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat
ruang-ruang berbentuk botol yang berada pada permukaan atas dengan sebuah liang
yang kecil. Ruang-ruang itu berisi anteredium dan satu sama lain terpisah oleh
ruangan yang mengandung ruang-ruang udara. Pendukung gametangium betina
berakhir dengan suatu badan berbentuk bintang.Kaki-kaki bintang itu biasanya
berjumlah 9, tepinya melipat ke bawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung
arkegonium itu menghadap ke bawah pula.Akibatnya arkegonium seakan-akan
terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi.Letak arkegonium
pada pendukungnya berderetan menurut arah jari-jari (Aniswara. 2006).
Perkembang biakan secara vegetative
maupun generative. Reproduksi vegetative dengan membentuk gemma atau
kuncup.Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti yang disebut cupula pada
thallus bagian atas.Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil
berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di atas dasar kupula. Gemma
dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemmma melekat pada
bagian pipih dari tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalu thallus
yang baru akan berkembang (Aniswara. 2006)
Reproduksi generative terjadi
dengan membentuk gamet. Dari thallus yang berbentuk lembaran daun,
organ anteridium dan archegonium mencuat ke atas. Bentuk archegonium
seperti paying, yang memiliki lekuku-lekuk pada tepinya, sedangkan
anteridium seperti paying yang tepinya rata (Birsyam. 1992)
Anteridium merupaka organ
kelamin jantan yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam
air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi dan menghasilkan
zigot yang akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai
tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai archegonium yang disebut
archegonium (Birsyam. 1992)
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung
sebagai berikut : spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu
protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada
yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat
kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya (Birsyam.
1992)
Lumut ditemukan terutama di area
sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di
tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk
mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis
dengan air, seperti Fontinalisantipyretica, dan Sphagnum tinggal /
menghuni rawa.
Kebanyakan dari tanaman memiliki dua
bagian kromosom di sel-selnya (diploid, beberapa kromosom hidup dengan sebuah
pasangan yang mengandung informasi genetik yang sama). Sedang lumut (dan
Bryophyta lain) hanya memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom
hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara
lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofi
Marchantia
polymorpha berfungsi
sebagai obat penyakit yaitu hepatitis C. antivirus pada tumbuhan ini berfungsi
dalam menangkal pertumbuhan virus pada hati. Selain itu, tumbuhan ini
jugaberfunsi untuk menghilangkan racun gigitan ular pada tingkatan pertama
(Setyowati. 2007)
Ada suatu market substansiil yang
mengumpulkan lumut dari yang liar. Penggunaan lumut tetap utuh terutama di
florist trade dan untuk dekorasi rumah. Lumut jenis Sphagnum juga komponen utama
bahan bakar, yang mana ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar, sebagai
aditip lahan perkebunan, dan jelai bertunas dikeringkan pada pemroduksian
Scotch Whisky.Sphagnum, biasanya jenis cristatum dan subnitens, dipanen selagi
masih bertumbuh dan dikeringkan digunakan di kamar anak anak dan hortikultura
sebagai medium pertumbuhan (Setyowati. 2007).
4.5 Politrichum
Sp.
4.5.1 Gambar
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|||
|
4.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Birsyam,2012 :
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Bryopsida
Ordo : Polytricales
Famili : Polytrichaceae
Genus : Polytrichum
Species : Polytrichum sp.
4.5.3
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan Polytrichum
sp. termasuk dalam kelas Bryopsida atau lumut daun karena tubuhnya berupa
tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar, batang dan daun. Warna daun
(filoida) adalah hijau, batang (kauloida) berwarna hijau, dan rhizoid berwarna
coklat kehitaman, terdapat arkegonium dan anteridium, seperti yang dijelaskan
dalam literatur (Yulianto,1992) pada Polytricum sp. Mempunyai
bagian-bagian seperti daun, batang dan rhizoid. Batang dan daun berwarna
hijau (ada tulang daun), akar halus disebut rhizoid. Polytricum adalah
tumbuhan diesus yaitu mempunyai dua rumah.
Polytricum
sp.
Ditemukan ditempat yang lembab yaitu didaerah cangar, malang. Dimana daerah ini
mempunyai udara dan tempat nya yang lembab. Seperti halnya dijelaskan dalam
literatur (tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum sp. Dapat tumbuh
diatas tanah-tanah gundulyang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn diatas
pasir dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara rumput-rumput,
diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa,
tetapi jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat lembab.
Berdasarkan pengamatan daun pada
bagian atas lebar dan pada bagian bawah kecil-kecil atau berupa sisik-sisik.
Struktur daunnya pada pangkal lebar dan melengkung dan bagian tengahnya panjang
dan lancip, seperti yang dijelaskan dalam literatur (Campbell,2003) daun pada
batang bagian bawah dapat meyerupai sisik yang tersusum dalam 3 baris,
sedangkan daun pada bagian atas lebih besar, tebal dan tersusun rapat. Tiap
daun bagian pangkalnya lebih lebar dan melengkung, kemudian bagian tengah
sampai ujung panjang dan berbangun seperti lanset.
Berdasarkan literatur (Tjitrosoepomo,
1989) Arkegonium dan anteridium terdapat pada tumbuhan berlainan. Anteridium
dipucuk tumbuhan jantan dan arkegonium dipucuk tumbuhan betina. Gametofit dapat
tumbuhan tinggi dengan daun yang sempit. Kapsul tegak, jarang ada yang mendatar
kaliptra sering berbulu. Pada polytricum ukuran gametofitnya bervariasi
dapat mencapai 35 cm.
Alat-alat kelamin terkumpul pada
ujung batang atau ujung-ujung cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang
letaknya aling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan
yang khusus. Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium dan
anteridium menghasilkan sperma (Prasetyo, 2002).
Lumut ini dipercaya bisa digunakan
sebagai obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji
klinis. Secara tradisional lumut dari marga usnea dipakai untuk obat diare atau
sakit perut dengan cara direbus. Sementara dari marga lumut sphagnum digunakan
sebagai obat penyakit kulit dan mata (Birsyam, 1984).
Memiliki peran dalam ekosistem
sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai
spons). Bisa digunakan sebagai ornament tata ruang (Yulianto, 1992).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Beberapa poin penting yang dapat dijadikan kesimpulan dari Kuliah
Kerja Lapangan ini adalah:
1.
Berdasarkan
spesies lumut, lichen, dan jamur yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa tingkat
keanekaragaman ketiga tumbuhan tersebut masih dapat dikatakan tinggi. Walaupun
jumlah dan penyebaran ketiga tumbuhan tersebut tidak ditentukan secara pasti,
namun berdasarkan pengamatan, jumlahnya masih dapat dikatakan banyak.
2.
Beberapa
spesies yang berhasil ditemukan di Taman Hutan Rakyat antara lain dari Kingdom
Fungi ada jamur jenis Ganoderma, divisi Lichenophyta ada Usnea, dan dari Divisi
Anthocerophyta ditemukan lumut tanduk atau Anthoceros sp.
5.2. Saran
Kuliah Kerja Lapangan ini, selain untuk mengetahui kondisi aktual
tingkat keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah, juga untuk mengetahui
karakteristik morfologi tumbuhan-tumbuhan tersebut. Oleh karena itu, cara atau
metode pengambilan dan pengukuran sampel sangat menentukan mahasiswa dalam
‘menerjemahkan’ karakteristik morfologi tumbuhan yang ditemukan. Sehingga, di
KKL mendatang atau dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa, metode
koleksi dan pengukuran sampel harus benar-benar objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung:
ITB.
Campbell. 2003. Biologi
Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Hadioetomo. 1993.Cerdas Belajar Biologi.Bandung:Grafindos
Haspara.
2004. Biologi.
Surakarta: Widya Duta
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman
and Hall Publisher
Indah, Najmi. 2009.Taksonomi
Tumbuhan Tingkat Rendah.Jember :PGRI Jember
Jati, Wijaya. 2007. Biologi. Jakarta: Balai pustaka
Kimball,
J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kusnadi dkk. 2003. Mikrobiologi. Jakarta :
JICA
Lovelles.
1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerak Tropik 2.
Jakarta: Gramedia.
Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. USA : Mc Graw Hill
Prasetyo,
T.I.dkk. 2002. Struktur Morfologi dan Anatomi Bryophyta. Malang:
Universitas Negeri Malang
Prawirohartono,
Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga
Prawirohartono,
Slamet. 1989. Biologi.
Jakarta: Erlangga
Suhono, Budi. 2012. Ensiklopedia
Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Press.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM PRESS
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung:
Tarsito.
Yurnaliza. 2002. Lichenes
(Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan). Jurusan Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara